Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpannya (sebelum sampai ke tempat yang di tuju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisaa : 100)
Setiap pekerjaan pasti mempunyai motivasi atau niat. hal ini pernah ditegaskan oleh Nabi Muhammad saw, ketika seorang sahabatnya berhijrah dari makah ke madinah : "setiap pekerjaan harus atau pasti disertai oleh niat. maka barangsiapa yang hijrahnya didorong niat karena Allah, hijrahnya akan dinilai demikian. dan barang siapa hijrahnya didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan duniawi atau karena ingin mempersunting seorang wanita, maka hijrahnya sesuai dengan tujuan tersebut."
ketika nabi Muhammad saw dan para sahabat beliau berhijrah, motivasi utamanya adalah demi memperoleh ridha Allah.meskipun kaum muslimin berada dalam posisi lemah dan teraniyaya, namun keyakinan mereka akan datangnya kemenangan tidak pernah sirna, hal ini disebabkan oleh tebalnya iman mereka. Pokok pertama yang diajarkan Rasul saw jauh sebelum berhijrah adalah prinsip keimanan tersebut. karena iman dapat membentengi kita dan mengantarkan kita semua kepada optimisme.
dalam Tafsir Al-Manar yang ditulis oleh Muhammad Rasyid Ridha beliau menuliskan begini: "iman membangkitkan sinar dalam akal, sehingga merupakan petunjuk jalan ketika berjumpa dengan gelap keraguan. dengan iman seseorang akan mudah mengatasi batu penghalang yang dapat menjatuhkannya ke dalam jurang kebinasaan. iman menumbuhkan dalam diri manusia suatu pusat penelitian atas tiap detak-detik hati yang terlintas dan setiap pandangan yang terbentang. dengan iman seseorang dapat melihat tembus sesuatu yang tersirat dari kulit yang tersurat. Demikian itulah, tuhan tidak menghasilkan sesuatu yang baik, kecuali diri yang baik pula."
Amir Al-Mukminin 'Ali bin Abi Thalib pernah ditanya oleh Zi'lib Alyamani, dan terjadilah percakapan berikut:
Z: "Apakah Amirul Al-Mukminin pernah melihat tuhan?"
A: "Bagaimana aku menyembah sesuatu yang tidak aku lihat?"
Z: "bagaimana tuan melihat Dia?"
A: "Dia tidak dapat dilihat oleh mata dengan pandangan nyata, tetapi Dia(keberadaan-Nya) dijangkau oleh hati dengan hakikat keimanan. Dia dekat dari segala sesuatu, tetapi tidak dapat disentuh. Dia jauh namun Dia tetap bersama segala sesuatu."
Keimanan kita sebagai manusia terkadang tergoyahkan karena banyak sekali hal-hal didunia ini yang dilapisi bermaacam hal yang memang sengaja atau tidak tampak dan dibuat untuk dapat mengoyahkan iman kita. menguatkan dan mengasuh iman bagaikan bayi yang harus terus diurus itulah yang dilakukan para Sahabat Rasululluh pada Hijrah atau selama di Makkah dan Dimadinah. Hijrah Rasulullah telah berlalu empat belas abad lamanya, Namun dari Hijrah dan celah-celah peristiwanya, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik.
Ini adalah beberapa nilai yang dapat dipetik;
(silahkan klik linknya)
dalam Tafsir Al-Manar yang ditulis oleh Muhammad Rasyid Ridha beliau menuliskan begini: "iman membangkitkan sinar dalam akal, sehingga merupakan petunjuk jalan ketika berjumpa dengan gelap keraguan. dengan iman seseorang akan mudah mengatasi batu penghalang yang dapat menjatuhkannya ke dalam jurang kebinasaan. iman menumbuhkan dalam diri manusia suatu pusat penelitian atas tiap detak-detik hati yang terlintas dan setiap pandangan yang terbentang. dengan iman seseorang dapat melihat tembus sesuatu yang tersirat dari kulit yang tersurat. Demikian itulah, tuhan tidak menghasilkan sesuatu yang baik, kecuali diri yang baik pula."
Amir Al-Mukminin 'Ali bin Abi Thalib pernah ditanya oleh Zi'lib Alyamani, dan terjadilah percakapan berikut:
Z: "Apakah Amirul Al-Mukminin pernah melihat tuhan?"
A: "Bagaimana aku menyembah sesuatu yang tidak aku lihat?"
Z: "bagaimana tuan melihat Dia?"
A: "Dia tidak dapat dilihat oleh mata dengan pandangan nyata, tetapi Dia(keberadaan-Nya) dijangkau oleh hati dengan hakikat keimanan. Dia dekat dari segala sesuatu, tetapi tidak dapat disentuh. Dia jauh namun Dia tetap bersama segala sesuatu."
Keimanan kita sebagai manusia terkadang tergoyahkan karena banyak sekali hal-hal didunia ini yang dilapisi bermaacam hal yang memang sengaja atau tidak tampak dan dibuat untuk dapat mengoyahkan iman kita. menguatkan dan mengasuh iman bagaikan bayi yang harus terus diurus itulah yang dilakukan para Sahabat Rasululluh pada Hijrah atau selama di Makkah dan Dimadinah. Hijrah Rasulullah telah berlalu empat belas abad lamanya, Namun dari Hijrah dan celah-celah peristiwanya, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik.
Ini adalah beberapa nilai yang dapat dipetik;
(silahkan klik linknya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar